ANAK BANGSA
Selasa, 14 Mei 2013
CONTOH MAKALAH SISTEM KEBUAYAAN MALUKU
MAKALAH
( 7 Unsur Kebudayaan Maluku )

OLEH :
KHOIRUL ANWAR
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah SISTEM BUDAYA INDONESIA yaitu tentang “7 UNSUR
KEBUDAYAAN MALUKU” ini dapat dipahami sebagaimana
mestinya. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan
Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
SISTEM BUDAYA INDONESIA yang telah memberikan kami
kesempatan untuk membuat makalah ini
sebagai pedoman, acuan, dan sumber belajar.
Akhir kata, kami sebagai penyusun menyadari bahwa
masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat
yang kurang tepat dalam makalah ini,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
demi kesempurnaan makalah berikutnya.
DAFATAR ISI
KATAPENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . ii
DAFTAR ISI . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . .. . iii
BAB I PENDAHULUAN
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .
. . . . 1
A.
Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 1
BAB II
PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . 2
BUDAYA MALUKU
1. Sejarah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 2
2. Suku bangsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
3. Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .. . . . . . . . . . . 4
4. Kekerabatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .
. . . . . . . . 4
5. Agama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .. . . . . . 5
6. Tarian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .. . . . . . . . . . . . 5
7. Musik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .. . . . . . . . . . . .. 7
8. Tradisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .. . . . . . . . . . . . 8
BAB III
KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
DAFTAR
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Maluku merupakan salah satu profinsi bahari di Indonesia
karena sembilan puluh persen dari luas daerahnya merupakan lautan. Sebagian
besar masyarakat Maluku hidup sebagai nelayan. Sehingga Maluku merupakan
penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Komoditi perikanan menjadi salah
satu komoditi unggulan. Dengan kekayaan laut itu maka muncul pasar ikan sebagai
tempat jual beli ikan yang selalu ramai setiap harinya.
Persepsi masyarakat tentang pasar
ikan adalah tempat yang kotor dan bau sehingga pembeli tidak merasa nyaman
untuk berbelanja. Tanpa disadari kekayaan laut merupakan salah satu kelebihan
yang dimiliki yang seharusnya dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Selain itu
Maluku memiliki budaya leluhur yang masih dipegang teguh dalam masyarakatnya.
B.
TUJUAN
Makalah ini dibuat bertujuan agar kita mengetahui lebih
dalam tentang ragam budaya Indonesia, dan jenis kebudayaan yang dimiliki setiap
daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUDAYAAN MALUKU
1.
Sejarah
Maluku
memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi
secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan Belanda serta
menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang
Dunia ke II. Para penduduk asli Banda berdagang
rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak
sejak zaman Kekaisaran Romawi.
Dengan
adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang
Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini
berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa)namun
perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300an. Para pedagang
Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan dan
mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh Orang Kaya, yang disamping
itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.
Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa
Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa
antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan
seperti Iskandariyah (Mesir), setelah
jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam
menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa.
Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung
selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa
sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal
akhirnya sukses dan pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing
keukasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda
untuk mengganggu posisinya.
Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang
dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan
monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulaiuan
ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak
lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari
6.000 jiwa di Banda telah mati dalam perang rempah-rempah ini. Dan dikemudian
hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda.
2.
Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi
oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat
dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang
tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa
Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti
bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan
alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi
budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit
gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta
profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di
Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut
seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah
memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura Aceh, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah
ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan
keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya
percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan
satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo.
Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan
asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca:
Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Louhenapesi), Kallaij (baca:
Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di
Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari
mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu
sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke
Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya
adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu,
kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki
generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini
dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di
beberapa negara seperti Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis,
Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.
3.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis
menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan
dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa yang dipakai di Ambon sedikit
banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa di Sulawesi yakni suku-suku Buton,Bugis
atau Makassar. Bahasa Indonesia, seperti di
wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik
yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah. Bahasa
Melayu dialek Ambon dipahami oleh hampir semua penduduk di provinsi Maluku dan
umunya,dipahami juga oleh masyarakat Indonesia Timur lain seperti
Ternate,Manado dll.
Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa
Ina/Pulau asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara
adalah sebagai berikut:
↘ Bahasa Wamale (dipakai
penduduk Negeri Piru,Seruawan,Kamarian dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian
Barat)
↘ Bahasa Nuaulu
(dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan yaitu,antara teluk El-Paputih
dan teluk Telutih.
↘ Bahasa Gorom (bangsa
yang turun dari Seti dan dipakai oleh penduduk Gorom yang berdiam di kabupaten
Seram Bagian Timur)
4.
Kekerabatan
Daerah maluku
terkenal dengan kebudayaan pela-gandong yaitu hubungan kekerabatan yang sangat
erat pada orang maluku, sangking eratnya hubungan ini pun kadang menyebabkan
suatu masalah baru. masalah yang sejak dulu tidak hilang dari daerah maluku,
masalahnya adalah ketika seorang warga suatu kampung atau suatu suku membuat
masalah, tidak perduli entah dia benar atau salah maka sukunya atau desanya
akan langsung menyerang suku lawan tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Beberapa contoh nilai-nilai budaya
Maluku yang lain yaitu sasi, adalah upaya pelestarian alam dan lingkungan,
masohi adalah kerjasama kemanusiaan yang menguntungkan, dan ada juga kebudayaan
laut yang memiliki nilai penting bagi masyarakat seperti kehidupan nelayan yang
dapat digolongkan dalam unsur budaya. Namun saat ini pengaruh globalisasai
merupakan ancaman serius terhadap ketahanan budaya warisan leluhur. Untuk itu
perlunya pelestarian nilai-nilai kebudayaan ini dengan pada berbagai media agar
dapat menyentuh semua lapisan masyarakat. Pasar ikan juga dapat digunakan
serbagai media pelestarian budaya karena pada dasarnya pasar ikan tumbuh dari
unsur budaya Maluku.
5.
Agama
Mayoritas penduduk di Maluku memeluk
agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan
dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah
Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan
sekitarnya sebelumnya.
6.
Tarian
↘ Tari Cakalele yang menggambarkan Tari perang. Tari ini biasanya
diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku
(Perisai).
Gambar 1.
Tarian Cakalele
↘ Tari Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan
oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil
diiringi irama musik yang sangat menarik.
Gambar 2. Tarian Saureka – reka
↘ Tari Katreji, dimainkan secara berpasangan antara
wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini
hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan
suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku.
Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak
yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses
biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele,
karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang
lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat
Maluku sampai sekarang.
Gambar 3. Tarian Katreji
↘ Tari Polonaise, yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh
setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran
serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua
maupun muda.
Gambar 4. Tarian Polonaise
↘ Tari Bambu Gila, Tarian bambu gila adalah tarian
khusus yang bersifat magis, berasal dari desa Suli. Keunikan tarian ini adalah
para penari seakan-akan dibebani oleh bambu yang dapat bergerak tidak
terkendali dan tarian ini bisa diikuti oleh siapa saja.
Gambar 5. Tarian Bambu gila
7.
Musik
Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan
Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang
bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik
yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari
Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa
Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto Buang yang merupakan
serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja dengan beberapa
lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit
Kerang).
Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik
yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di
Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu
hingga sekarang masih memiliki ciri khas dimana terdapat penggunaan alat musik
Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional
seperti Katreji.
Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari
budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab
datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran
budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat,
seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Diluar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal
handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam
mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak
penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda
seperti Broery Pesulima, Harvey Malaihollo, Masnait Group dan Yopie
Latul.
Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth
Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone,
Harvey Malaihollo, Glen Fredly, Ello Tahitu, Moluccas dan Dalenz Krinyol serta
para rapper yang tergabung dalam grup musik MHC (Molukka Hip-Hop Community) dan
para musisi muda berbakat seperti David Manuhutu, Nicky Manuputty,Richardo
Marwa, Yudith Ferdinandus, Rhiofaldo Titaley, Figgy Papilaya Dan lain-lain
8.
Tradisi
Salah satu acara tradisi yang masih
dan terus diselenggarakan adalah PUKUL
SAPU LIDI, yang dilaksanakan oleh Raja bersama masyarakat Negeri Morella dan Negeri Mamala di Ambon - Maluku,
dimana acara tersebut diselenggarakan pada setiap 7 (tujuh) hari seusai Hari Besar Islam "IDUL FITRI", dimana ciri khas
acara tersebut yaitu Pukul Sapu Lidi Aren ketubuh antara lawan satu dengan yang
lainnya, dengan beberapa syarat tidak boleh mengenai muka dan atau bagian pital
lawannya.
Acara tradisi PUKUL SAPU LIDI ini sudah berjalan
sejak beberapa ratus tahun lahu di Negeri Morella dan Negeri Mamala, sehingga
hampir seluruh masyarakat disekitar Pulau Ambon maupun wisatawan asing yang
mengetahui acara tardisi tersebut pasti padat menghadiri dan menyaksikan acara
tradisi PUKUL SAPU LIDI tersebut,
demikian pula dengan acara tradisi BAMBU
GILA yang sangat dikenal oleh masyarakat Maluku maupun masyarakat daerah
lain dimana acara tradisi BAMBU GILA
sudah diketahui adalah berasal dari Maluku, namun masih banyak masyarakat
daerah lain yang tidak mengetahui seperti apa acara yang disebut BAMBU GILA, dan masih banyak lagi
acara tradisi masyarakat Maluku yang belum dan tidak diketahui oleh masyarakat
Negeri - Negeri lain di Maluku maupun masyarakat dari daerah lain di bumi
Nusantara - Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
Kaya akan ragam seni budaya sudah semestinya Indonesia
berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk
melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia ini. Karena
kalau bukan kita sendiri, siapa lagi...? Juga tidak lupa mari kita panjatkan
puja dan puji syukur kita kehadirat Tuhan Maha Esa yang telah memberi kesehatan
dan keselamatan pada kita sebagai masyarakat yang memiliki cipta rasa tinggi
dan sebagai negara yang berbudi luhur. Sebagai mana yang telah dikaruniakannya
kepada masyarakat kita, yaitu sebuah daya kreatifitas tinggi yang diciptakan
mulai dari nenek moyang kita hingga generasi muda sekarang. Telah banyak
berbagai adat istiadat serta ragam seni budaya yang menjadikan bangsa ini memiliki
kekayaan atribut serta kepribadian istimewa dimuka dunia.
Berbicara masalah ragam seni budaya Indonesia pasti tidak akan pernah
ada habisnya. Mengingat begitu banyaknya ragam seni budaya yang terdapat mulai dari Sabang
sampai Merauke. Pulau-pulau di Indonesia
dengan berbagai macam suku bangsa yang semuanya memiliki ragam seni budaya masing. Tapi semua terangkum
menjadi satu yaitu sebuah ragam seni budaya yang ber- “BHINEKA TUNGGAL IKA” dengan menunjukkan adat ketimuran dan
berazaskan Pancasila.
Jadi tidak mustahil jika banyak
hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam seni budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini
selalu dilirik oleh bangsa lain.
Langganan:
Komentar (Atom)