Selasa, 14 Mei 2013

Cara download video youtube tanpa software klik disini

CONTOH MAKALAH SISTEM KEBUAYAAN MALUKU



MAKALAH
( 7 Unsur Kebudayaan Maluku )



untitled


OLEH  :

KHOIRUL ANWAR


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga makalah SISTEM BUDAYA INDONESIA yaitu tentang “7 UNSUR KEBUDAYAAN MALUKU” ini dapat dipahami sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, atas bimbingan Beliau sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Ucapan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah SISTEM BUDAYA INDONESIA yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini sebagai pedoman, acuan, dan sumber belajar.
Akhir kata, kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, tulisan, maupun kalimat yang kurang tepat dalam makalah  ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah berikutnya.















DAFATAR ISI


KATAPENGANTAR  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .      ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . .. .       iii
BAB I PENDAHULUAN  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .      1
    A.    Latar Belakang  . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .  . . . . . .      1
    B.  Tujuan   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .      1
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . .       2
    BUDAYA MALUKU
1. Sejarah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .        2
2. Suku bangsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . .         3
3. Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .        4
4. Kekerabatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .         4
5. Agama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .        5
6. Tarian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .         5
7. Musik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . ..        7
8. Tradisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .        8
BAB III KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . .       9
DAFTAR PUSTAKA  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . .      9

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Maluku merupakan salah satu profinsi bahari di Indonesia karena sembilan puluh persen dari luas daerahnya merupakan lautan. Sebagian besar masyarakat Maluku hidup sebagai nelayan. Sehingga Maluku merupakan penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Komoditi perikanan menjadi salah satu komoditi unggulan. Dengan kekayaan laut itu maka muncul pasar ikan sebagai tempat jual beli ikan yang selalu ramai setiap harinya.
Persepsi masyarakat tentang pasar ikan adalah tempat yang kotor dan bau sehingga pembeli tidak merasa nyaman untuk berbelanja. Tanpa disadari kekayaan laut merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki yang seharusnya dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Selain itu Maluku memiliki budaya leluhur yang masih dipegang teguh dalam masyarakatnya.

B.       TUJUAN

Makalah ini dibuat bertujuan agar kita mengetahui lebih dalam tentang ragam budaya Indonesia, dan jenis kebudayaan yang dimiliki setiap daerah.


BAB II
PEMBAHASAN
KEBUDAYAAN MALUKU
1.        Sejarah
Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II. Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi.
Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa)namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan dan mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh Orang Kaya, yang disamping itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.
Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan seperti Iskandariyah (Mesir), setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing keukasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk mengganggu posisinya.
Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulaiuan ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah mati dalam perang rempah-rempah ini. Dan dikemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda.
2.        Suku Bangsa
Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatra, Jawa, Madura Aceh, bahkan kebanyakan dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa inilah maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan sebagai daerah Mestizo.
Cara penulisan marga asli Maluku pun masih mengikuti ejaan asing seperti Rieuwpassa (baca: Riupasa), Nikijuluw (baca: Nikiyulu), Louhenapessy (baca: Louhenapesi), Kallaij (baca: Kalai) dan Akyuwen (baca: Akiwen).
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Belgia, Jerman dan berbagai benua lainnya.

3.        Bahasa
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa yang dipakai di Ambon sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa di Sulawesi yakni suku-suku Buton,Bugis atau Makassar. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah. Bahasa Melayu dialek Ambon dipahami oleh hampir semua penduduk di provinsi Maluku dan umunya,dipahami juga oleh masyarakat Indonesia Timur lain seperti Ternate,Manado dll.
Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai berikut:
         Bahasa Wamale (dipakai penduduk Negeri Piru,Seruawan,Kamarian dan Rumberu (Kabupaten Seram Bagian Barat)
         Bahasa Alune (di Kabupaten Seram Bagian Barat)
         Bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan yaitu,antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih.
         Bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
         Bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
         Bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan dipakai oleh penduduk Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur)

4.        Kekerabatan
Daerah maluku terkenal dengan kebudayaan pela-gandong yaitu hubungan kekerabatan yang sangat erat pada orang maluku, sangking eratnya hubungan ini pun kadang menyebabkan suatu masalah baru. masalah yang sejak dulu tidak hilang dari daerah maluku, masalahnya adalah ketika seorang warga suatu kampung atau suatu suku membuat masalah, tidak perduli entah dia benar atau salah maka sukunya atau desanya akan langsung menyerang suku lawan tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
Beberapa contoh nilai-nilai budaya Maluku yang lain yaitu sasi, adalah upaya pelestarian alam dan lingkungan, masohi adalah kerjasama kemanusiaan yang menguntungkan, dan ada juga kebudayaan laut yang memiliki nilai penting bagi masyarakat seperti kehidupan nelayan yang dapat digolongkan dalam unsur budaya. Namun saat ini pengaruh globalisasai merupakan ancaman serius terhadap ketahanan budaya warisan leluhur. Untuk itu perlunya pelestarian nilai-nilai kebudayaan ini dengan pada berbagai media agar dapat menyentuh semua lapisan masyarakat. Pasar ikan juga dapat digunakan serbagai media pelestarian budaya karena pada dasarnya pasar ikan tumbuh dari unsur budaya Maluku. 

5.        Agama
Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku serta Pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya sebelumnya.

6.        Tarian
   Tari Cakalele yang menggambarkan Tari perang. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
     
Gambar 1. Tarian Cakalele

   Tari Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.
     
Gambar 2. Tarian Saureka – reka

   Tari Katreji, dimainkan secara berpasangan antara wanita dan pria dengan gerakan bervariasi yang enerjik dan menarik. Tari ini hampir sama dengan tari-tarian Eropa pada umumnya karena Katreji juga merupakan suatu akulturasi dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya Maluku. Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses biligualisme. Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.
     
Gambar 3. Tarian Katreji

   Tari Polonaise, yang biasanya dilakukan orang Maluku pada saat kawinan oleh setiap anggota pesta tersebut dengan berpasangan, membentuk formasi lingkaran serta melakukan gerakan-gerakan ringan yang dapat diikuti setiap orang baik tua maupun muda.
     
Gambar 4. Tarian Polonaise

   Tari Bambu Gila, Tarian bambu gila adalah tarian khusus yang bersifat magis, berasal dari desa Suli. Keunikan tarian ini adalah para penari seakan-akan dibebani oleh bambu yang dapat bergerak tidak terkendali dan tarian ini bisa diikuti oleh siapa saja.
     
Gambar 5. Tarian Bambu gila

7.        Musik
Alat musik yang terkenal adalah Tifa (sejenis gendang) dan Totobuang. Masing-masing alat musik dari Tifa Totobuang memiliki fungsi yang bereda-beda dan saling mendukung satu sama lain hingga melahirkan warna musik yang sangat khas. Namun musik ini didominasi oleh alat musik Tifa. Terdiri dari Tifa yaitu, Tifa Jekir, Tifa Dasar, Tifa Potong, Tifa Jekir Potong dan Tifa Bas, ditambah sebuah Gong berukuran besar dan Toto Buang yang merupakan serangkaian gong-gong kecil yang di taruh pada sebuah meja dengan beberapa lubang sebagai penyanggah. Adapula alat musik tiup yaitu Kulit Bia (Kulit Kerang).
Dalam kebudayaan Maluku, terdapat pula alat musik petik yaitu Ukulele dan Hawaiian seperti halnya terdapat dalam kebudayaan Hawaii di Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat ketika musik-musik Maluku dari dulu hingga sekarang masih memiliki ciri khas dimana terdapat penggunaan alat musik Hawaiian baik pada lagu-lagu pop maupun dalam mengiringi tarian tradisional seperti Katreji.
Musik lainnya ialah Sawat. Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang mencirikan alat musik gurun pasir.
Diluar daripada beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu pun mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional. Tak ayal bila sekarang terdapat banyak penyanyi terkenal yang lahir dari kepulauan ini. Sebut saja para legenda seperti Broery Pesulima, Harvey Malaihollo, Masnait Group dan Yopie Latul. Belum lagi para penyanyi kaliber dunia lainnya seperti Daniel Sahuleka, Ruth Sahanaya, Monica Akihary, Eric Papilaya, Danjil Tuhumena, Romagna Sasabone, Harvey Malaihollo, Glen Fredly, Ello Tahitu, Moluccas dan Dalenz Krinyol serta para rapper yang tergabung dalam grup musik MHC (Molukka Hip-Hop Community) dan para musisi muda berbakat seperti David Manuhutu, Nicky Manuputty,Richardo Marwa, Yudith Ferdinandus, Rhiofaldo Titaley, Figgy Papilaya Dan lain-lain

8.        Tradisi
Salah satu acara tradisi yang masih dan terus diselenggarakan adalah PUKUL SAPU LIDI, yang dilaksanakan oleh Raja bersama masyarakat Negeri Morella dan Negeri Mamala di Ambon - Maluku, dimana acara tersebut diselenggarakan pada setiap 7 (tujuh) hari seusai Hari Besar Islam "IDUL FITRI", dimana ciri khas acara tersebut yaitu Pukul Sapu Lidi Aren ketubuh antara lawan satu dengan yang lainnya, dengan beberapa syarat tidak boleh mengenai muka dan atau bagian pital lawannya.
Acara tradisi PUKUL SAPU LIDI ini sudah berjalan sejak beberapa ratus tahun lahu di Negeri Morella dan Negeri Mamala, sehingga hampir seluruh masyarakat disekitar Pulau Ambon maupun wisatawan asing yang mengetahui acara tardisi tersebut pasti padat menghadiri dan menyaksikan acara tradisi PUKUL SAPU LIDI tersebut, demikian pula dengan acara tradisi BAMBU GILA yang sangat dikenal oleh masyarakat Maluku maupun masyarakat daerah lain dimana acara tradisi BAMBU GILA sudah diketahui adalah berasal dari Maluku, namun masih banyak masyarakat daerah lain yang tidak mengetahui seperti apa acara yang disebut BAMBU GILA, dan masih banyak lagi acara tradisi masyarakat Maluku yang belum dan tidak diketahui oleh masyarakat Negeri - Negeri lain di Maluku maupun masyarakat dari daerah lain di bumi Nusantara - Indonesia.


BAB III
KESIMPULAN

Kaya akan ragam seni budaya sudah semestinya Indonesia berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia ini. Karena kalau bukan kita sendiri, siapa lagi...? Juga tidak lupa mari kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Tuhan Maha Esa yang telah memberi kesehatan dan keselamatan pada kita sebagai masyarakat yang memiliki cipta rasa tinggi dan sebagai negara yang berbudi luhur. Sebagai mana yang telah dikaruniakannya kepada masyarakat kita, yaitu sebuah daya kreatifitas tinggi yang diciptakan mulai dari nenek moyang kita hingga generasi muda sekarang. Telah banyak berbagai adat istiadat serta ragam seni budaya yang menjadikan bangsa ini memiliki kekayaan atribut serta kepribadian istimewa dimuka dunia.
Berbicara masalah ragam seni budaya Indonesia pasti tidak akan pernah ada habisnya. Mengingat begitu banyaknya ragam seni budaya yang terdapat mulai dari Sabang sampai Merauke. Pulau-pulau  di Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa yang semuanya memiliki ragam seni budaya masing. Tapi semua terangkum menjadi satu yaitu sebuah ragam seni budaya yang ber- “BHINEKA TUNGGAL IKA”  dengan menunjukkan adat ketimuran dan berazaskan Pancasila.
Jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam seni budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini selalu dilirik oleh bangsa lain.